Selasa, 24 April 2012

Larangan Dalam Suluk (1) : Kemaksiyatan


Kemaksiyatan
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Q.s. Asy-Syura`: 30)
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah mengatakan, “Di antara akibat dari perbuatan dosa adalah hilangnya nikmat, dan akibat dosa adalah datangnya bencana (musibah). Oleh karena itu, hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba adalah karena dosa. Begitu pula, datangnya berbagai musibah juga disebabkan oleh dosa.” (Al-Jawabul Kafi, hlm. 87)

Cinta dan Benci Karena Allah


“Tidak akan kamu jumpai suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir berkasih sayang kepada orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya meskipun mereka itu adalah bapak-bapak mereka, anak-anak mereka, saudara-saudara mereka, maupun sanak keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang ditetapkan Allah di dalam hati mereka dan Allah kuatkan mereka dengan pertolongan dari-Nya, Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Mereka itulah golongan Allah, ketahuilah sesungguhnya hanya golongan Allah itulah orang-orang yang beruntung.” (Qs. al-Mujadalah: 22)

Rabu, 18 April 2012

Syukur dan Qana’ah

Pengertian syukur secara terminology berasal dari kata bahasa Arab, berasal dari kata شكر-يشكر-شكرا‘’ yang berarti berterima kasih kepada atau dari kata lain ‘’ شكر‘’ yang berati pujian atau ucapan terima kasih atau peryataan terima kasih[i]. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia syukur memiliki dua arti yang pertama, syukur berarti rasa berterima kasih kepada Allah dan yang kedua, syukur berarti untunglah atau merasa lega atau senang dll

Syukur adalah salah satu sifat yang merupakan hasil refleksi dari sikap tawakal. Secara bahasa, syukur mengandung arti “sesuatu yang menunjukan kebaikan dan penyebarannya”. Sedangkan secara syar’i, pengertian syukur adalah “memberikan pujian kepada yang memberikan segala bentuk kenikmatan (Allah swt) dengan cara melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, dalam pengertian tunduk dan berserah diri hanya kepada-Nya”

Ikhlas Sebagai Syarat Amal

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah dia mengerjakan amal shalih dan janganlah dia mempersekutukan seorangpun dengan Rabb- nya. [Al Kahfi : 110].

Di dalam ayat ini, Allah memerintahkan agar menjadikan amal itu bernilai shalih, yaitu sesuai dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, kemudian Dia memerintahkan agar orang yang mengerjakan amal shalih itu mengikhlaskan niatnya karena Allah semata, tidak menghendaki selainNya.[ Lihat At Tawassul Anwa’uhu Wa Ahkamuhu, Fadhilatus Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, Cet. III, Darus Salafiyyah, Th. 1405 H.]

Selasa, 17 April 2012

Ikhlas

Ikhlas ialah, menghendaki keridhaan Allah dalam suatu amal, membersihkannya dari segala individu maupun duniawi. Tidak ada yang melatarbelakangi suatu amal, kecuali karena Allah dan demi hari akhirat. Tidak ada noda yang mencampuri suatu amal, seperti kecenderungan kepada dunia untuk diri sendiri, baik yang tersembunyi maupun yang terang-terangan, atau karena mencari harta rampasan perang, atau agar dikatakan sebagai pemberani ketika perang, karena syahwat, kedudukan, harta benda, ketenaran, agar mendapat tempat di hati orang banyak, mendapat sanjungan tertentu, karena kesombongan yang terselubung, atau karena alasan-alasan lain yang tidak terpuji; yang intinya bukan karena Allah, tetapi karena sesuatu; maka semua ini merupakan noda yang mengotori keikhlasan.Al Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, Imam An Nawawi (I/16-17), Cet. Darul Fikr; Madarijus Salikin (II/95-96), Cet. Darul Hadits Kairo; Al Ikhlas, oleh Dr. Sulaiman Al Asyqar, hlm. 16-17, Cet. III, Darul Nafa-is, Tahun 1415 H; Al Ikhlas Wasy Syirkul Asghar, oleh Abdul Lathif, Cet. I, Darul Wathan, Th. 1412 H.

Sabar dan Ikhlas

Sabar, secara etimologi berarti menahan dan mencegah (al-habsu wal kaffu). Secara terminologi, sabar adalah menahan diri untuk melakukan keinginan dan meninggalkan larangan Allah swt, sabar juga berarti sikaf tegar dan kukuh dalam menjalankan ajaran Islam ketika muncul dorongan nafsu, ketegaran yang dibangun diatas landasan Al-Qur’an dan As-sunnah. Sabar dapat juga berarti puncak sesuatu, orang yang memiliki kesabaran, akan sampai pada puncak kemuliaan. Allah telah memuji orang-orang yang bersabar dan menyebutkan mereka dalam firman-Nya : “hanya orang-orang yang bersabar akan diberi pahala mereka yang tidak terbatas.” (QS.Az-Zumar : 10).

Senin, 16 April 2012

Ridho Terhadap Ketetapan Allah

Ridha berasal dari kata radhiyah yang memiliki arti “rela” dan “menerima dengan suci hati”, menerima semua realita takdir dan ketentuan Allah dengan senang hati, ikhlas, lapang dada, bahagia, tanpa merasa kecewa atau marah..

Sedangkan menurut istilah,  ridha berkaitan dengan perkara keimanan yang terbagi menjadi dua macam, yaitu :
1.    Ridha hamba terhadap hukum Allah. ORang yang ridha terhadap hukum Allah akan senantiasa menjalankan perintah Allah dengan ikhlas, selalu bersyukur dan menjauhi segala yang dibenci Allah swt.
2.    Ridha Allah terhadap hamba-Nya. Jika Allah swt. meridhai hamba-Nya, Ia akan memberikan tambahan kenikmatan, pahala dan meninggikan derajat hamba-Nya tersebut.

Hakikat

Hakikat artinya i`tikad atau kepercayaan sejati mengenai Tuhan, maka hakikat ini pekerjaan hati. Sehingga tidak ada yang dilihat didengar selain Allah, atau gerak dan diam itu diyakini dalam hati pada hakikatnya adalah kekuasaan Allah. (Abdurrahman Siddik Al Banjari ,1857 kitab Amal Ma`rifat).

Menurut kamus bahasa Indonesia, hakikat adalah :
1.    intisari atau dasar: dia yg menanamkan -- ajaran Islam di hatiku;
source: kbbi3
2.    kenyataan yg sebenarnya (sesungguhnya): pd -- nya mereka orang baik-baik; syariat palu-memalu, pd -- nya adalah balas-membalas, pb kebaikan harus dibalas dengan kebaikan

Syariat kepada Manusia (Mu’amalah)

Dilihat dari bahasanya, kata muamalah adalah musdar dari perkataan amala-yu'amili-mu'amalatan yang artinya saling bertindak, saling berbuat, dan saling beramal. Menurut fiqih, muamalah ialah tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang ditentukan. Yang termasuk dalam hal muamalah adalah jual beli, sewa menyewa, upah mengupah, pinjam meminjam, urusan bercocok tanam, berserikat dan lain-lain.

Jumat, 13 April 2012

Islam dan Konservasi Alam

“Barang siapa menghidupkan tanah mati, maka tanah itu menjadi miliknya”.
Di masa Umar bin Al-Khaththab menjadi khalifah, beberapa pihak mencoba menguasai tanah. Caranya, begitu ada tanah kosong langsung diberi pagar. Sayangnya, setelah itu tanahnya dibiarkan mangkrak hingga bertahun-tahun. Padahal, ada pihak lain sangat membutuhkan. Mereka ingin menanami tanah nganggur itu untuk menyambung hidup. Tapi apa daya, tanah itu telah dikangkangi pihak lain.

Syariat kepada Alam Semesta

surat al-’Alaq ayat 6-7: “Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup.”

Jauh sebelumnya, Islam telah melarang kita untuk berbuat kerusakan di muka bumi. Tuhan berfirman pada surat al-A’raf ayat 56 : “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya.”

Surat Ar-Ruum ayat 41 yang berarti: "Telah timbul pelbagai kerusakan dan bencana alam di darat dan di laut dengan sebab apa yang telah dilakukan oleb tangan manusia. (Timbulnya yang demikian) karena Allah hendak merusakan mereka sebagai dari balasan perbuatan-perbuatan buruk yang mereka lakukan, supaya mereka kembali (insaf dan bertaubat)".

Kamis, 12 April 2012

Syariat kepada Allah (ibadah)

AKAR kata ibadah berasal daribahasa Arab, ‘abada, artinya mengabdi, menghambakan diri, menyembah, atau berbakti. Subjeknya disebut ‘abid.

Menurut Abdul Qadir ar-Razi dalam Mukhtâr as-Shihâh asal ‘ubûdiyyah adalah al-khudhû’ (ketundukan) dan ad-dzullu (kerendahan). Ibadah juga berarti inqiyâdz, yakni kepatuhan (Tafsîr al-Baghawi). Dengan demikian, secara bahasa ibadah dapat diartikan sebagai bentuk kerendahan, ketundukan, dan kepatuhan kepada al-Ma’bûd (yang disembah), yakni Allah Swt.

Al-Jauhari berkata, ibadah adalah ketaatan yang disertai dengan ketundukan dan kepasrahan, yang hanya layak ditujukan kepada Allah. Ibadah adalah ketundukan kepada-Nya dan tidak ada ketundukan yang lebih tinggi selain kepada-Nya.

Syariat Pribadi (akhlaq, huqul Insan)

Akhlaq adalah secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.[Ahmad A.K. Muda. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Reality Publisher. Hal 45-50]

Secara bahasa (linguistic) kata ‘akhlak’ berasal dari bahasa Arab, yaitu isimj mashdar (bentuk infinitive) dari kata akhlak, yukhliqu, ikjlakan, yang berarti al sajiyah (perangai), al thabi,ah (kelakuan, tabi’at, watak dasar), al ‘adat (kebiasaan, kelaziman, al maru’ah), peradaban yang baik, dan al din (agama)

Memahami Syari'at

Makna asal syari'ah adalah jalan ke sumber (mata) air, dahulu (di Arab) orang mempergunakan kata syari'ah untuk sebutan jalan setapak menuju ke sumber (mata) air yang diperlukan manusia untuk minum dan membersihkan diri (Muhammad Daud Ali; 1997:235)

Kata syari'ah ini juga berarti jalan yang lurus, jalan yang lempang tidak berkelok-kelok, juga berarti jalan raya. Kemudian penggunaan kata syari'ah ini bermakna peraturan, adat kebiasaan, undang-undang dan hukum (Ahmad Warson Munawwir; 1984:762)

Ghaib bi Fi'li

Adalah ghaib secara perbuatan, yaitu perbuatan yang belum dilakukan. Seperti ajal, dan lain sebagainya.
Alloh berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat (langit dunia) dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap syaithan yang sangat durhaka, syaithan-syaithan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal, akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang.” (Qs. Ash Shaffat: 6-10)

Rabu, 11 April 2012

Malaikat Hafadzah


Rasulullah saw, bersabda: “Malaikat Tidak masuk rumah yang terdapat anjing dan gambar makhluq bernyawa di dalamnya”. (Muttafaq ‘Alaih dari hadits Abu Tholhah, lafadz milik Bukhori). Abdullah bin Abbas saw berkata: “Yang dimaksud adalah patung/ gambar bernyawa” ( AlBukhari)


Syaikh Utsaimin رحمه الله berkata: “Bagaimana pendapatmu dengan rumah yang tidak dimasuki malaikat ? Sungguh itu rumah yang buruk…(Syarh Ar Riyadh).

Selasa, 10 April 2012

Qarin / Jin



Qorin adalah jin yang ditugasi untuk mendampingi setiap manusia dengan tugas menggoda dan menyesatkannya. Karena itu, qorin termasuk setan dari kalangan jin.

Qorin berasal dari bahasa Arab “qoriin ( ) “ yang berarti: “teman atau kawan” (Kamus Al Munawwar halaman 1114). Dalam kitab Mu’jamul Buldan: 4/319 disebutkan bahwa qorin artinya “sahabat” atau “segala sesuatu yang dibandingkan dengan sesuatu yang lain”.

Syaikh Ibnu Utsaimin ditanya, “Apa itu qorin?” Beliau menjawab, “Qorin adalah setan yang ditugasi untuk menyesatkan manusia dengan izin Allah. Dia bertugas memerintahkan kemungkaran dan mencegah yang ma’ruf. Sebagaimana yang Allah firmankan, “Setan menjanjikan kefakiran untuk kalian dan memerintahkan kemungkaran. Sementara Allah menjanjikan ampunan dan karunia dari-Nya. Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 268)Akan tetapi, jika Allah memberikan karunia kepada hamba-Nya berupa hati yang baik, jujur, selalu tunduk kepada Allah, lebih menginginkan akhirat dan tidak mementingkan dunia maka Allah akan menolongnya agar tidak terpengaruh gangguan jin ini, sehingga dia tidak mampu menyesatkannya. (Majmu’ Fatawa, 17:427)

Melihat Ghaib



Ghaib ada dua. Yang pertama Ghaib secara zat dan wujudnya. Yaitu Allah, Malaikat, Surga, Neraka, Jin, dsb.Dan Ghaib secara 'amaly, yaitu ajal, rezki, dll
a.       Melihat Allah (ziyadah)
“bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. mereka Itulah penghuni syurga, mereka kekal di dalamnya”. (QS. Yunus 26)
Makna Ziyadah (tambahan) dalam ayat ini adalah melihat Allah Ta’ala di surga. Hal ini disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. (HR. Muslim No. 181, At Tirmidzi No. 2552, 3105, Ibnu Majah No. 187, Ahmad No. 23925)

Bukti Kebenaran Al Qur'an


Berbagai contoh di bawah ini, menunjukkan bukti-bukti kebenaran wahyu Al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW tanpa bisa dibantah.
1. Kemenangan Bizantium.
Penggalan berita lain yang disampaikan Al Qur'an tentang peristiwa masa depan ditemukan dalam ayat pertama Surat Ar Ruum, yang merujuk pada Kekaisaran Bizantium, wilayah timur Kekaisaran Romawi. Dalam ayat-ayat ini, disebutkan bahwa Kekaisaran Bizantium telah mengalami kekalahan besar, tetapi akan segera memperoleh kemenangan.
"Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang)." (Al Qur'an, 30:1-4)

Sabtu, 07 April 2012

Seputar Pengisian

Dengan mengucap

Link Kaskus
ane sekedar ingin menularkan sedikit ilmu yg ane miliki. Ane yakin banyak agan-agan yang sudah faham tentang ilmu pengisian. Jadi sekedar buat tukar informasi dan pengalaman para sesepuh semua.

Kamis, 05 April 2012

Ma’rifatul Ghaib


Secara bahasa, kata ghaib (غَيْبٌ) berarti ‘ter tutupnya sesuatu dari pandangan mata’. Karena itu, matahari ketika terbenam atau seseorang yang tidak berada di tempat juga disebut ghaib (غَيْبٌ). Secara singkat dapat dikata kan bahwa ghaib (غَيْبٌ) adalah lawan “nyata”.
 Ghaib (غَيْبٌ) secara terminologis berarti ‘sesuatu yang tidak bisa dijangkau manusia’, kecuali bila diinformasikan oleh Allah dan rasul, atau sesuatu yang tidak diketahui kecuali oleh Allah.

Hikmah Mengimani Kitab


 [1]. Mengetahui perhatian Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap hamba-hamba-Nya sehingga menurunkan kitab yang menjadi hidayah (petunjuk) bagi setiap kaum.
[2]. Mengetahui hikmah Allah dalam syara' atau hukum-Nya sehingga menetapkan hukum yang sesuai dengan tingkah laku setiap umat, seperti firman-Nya.
"Artinya : Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang" [Al Maidah: 48]
[3]. Jadi mensyukuri nikmat Allah.
[4]. Mengetahui pertolongan Allah ta’ala pada hamba-hamba-Nya dimana Allah menurunkan kepada setiap kaum kitab yang memberi petunjuk pada mereka.
[5]. Mengetahui dengan hikmah-Nya, Allah ta’ala mensyari’atka kepada setiap kaum sesuai dengan keadaan mereka. Sebagaimana dalam firman-Nya, “Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.” (QS. Al-Maa’idah 5:48)
(Syarhu Ushulil Iman, Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Edisi Indonesia: Prinsip-Prinsip Dasar Keimanan. Penerjemah: Ali Makhtum Assalamy. Penerbit: KSA Foreigners Guidance Center In Gassim Zone,halaman: 38-39)

Ma'rifatur Rasuul


Mengenal rasul merupakan sebuah bahasa yang sangat penting dalam pembinaan keagamaan seorang muslim. Dalam kalimat syahadat kesaksiannya yang pertama yang dilakukan seorang adalah keyakinan bahwa Allah itu Esa dan yang kedua adalah keimanan terhadap kerasulan Muhammad SAW. Oleh karena itu pengenalan terhadap Rasulullah SAW sangat menentukan tingkat pemahaman, penghayatan dan pengamalan seseorang terhadap ikrar keislaman mereka, karena dari sinilah terbentuklah kepribadian muslim.

Ma'rifatul Kitab


Ma’rifatul Kitaab
Ma’rifatul Kitaab adalah mengenal dan beriman kepada kitab-kitab terdahulu. Allah SWT berfirman “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. QS Al Baqarah 2.
Kitab Allah ialah wahyu Allah SWT yang disampaikan kepada para Rasul untuk diajarkan kepada umat manusia sebagai petunjuk dan pedoman hidup.Tujuan Allah menurunkan kitab-kitab itu agar digunakan sebagai pedoman hidup bagi seluruh manusia menuju jalan hidup yang benar dan diridhai-Nya. Jadi, iman kepada kitab-kitab Allah SWT adalah mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT. telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada rasul yang berisi wahyu untuk disampaikan dan diajarkan kepada umat manusia.

Rabu, 04 April 2012

Ma'rifatullah


Ma’rifatullah
Ilmu ma’rifat adalah ilmu tentang Allah Ta’ala. Yaitu Cahaya dari Cahaya-cahaya Yang Maha Agung, dan perilaku dari berbagai perilaku utama.  Seseorang yang tidak mengerti tujuannya, maka ia akan berada dalam kebingungan dan terombang-ambing sehingga ia akhirnya terjatuh kedalam lembah kesesatan dan kebathilan. Oleh karena itu Syaikh utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa; ketika seseorang telah mengenal Allah Subhanahu wa Ta’âla dengan benar, maka secara pasti mereka akan mempunyai beberapa sikap yang akan tampak pada dirinya, diantara sifat tersebut adalah:
1)      Menerima syariat yang ditetapkan Allah ‘Azza wa Jalla.
2)      Tunduk dan patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’âla
3)      Menjadikan Syariat Islam yang dibawa oleh Rasulullah r sebagai penentu hukum.

Meniti Suluk

Tasawuf menyebut kemajuan dalam kehidupan spiritual sebagai suluk dan sang pencari Allah sebagai salik atau “penempuh jalan spiritual”. Dalam literatur tasawuf, hal ini dikenal dengan istilah khalwat. Seorang murid (pelaku suluk/salik) harus berkhalwat kepada seorang guru atau syekh yang mempunyai tingkatan spritiual atau ruhani yang tinggi bahkan telah suluk kepada Allah. Guru itu disebut dengan Mursyid. Dalam tradisi tasawuf, peran seorang Mursyid (pembimbing atau guru ruhani) merupakan syarat mutlak untuk mencapai tahapan-tahapan puncak spiritual.

Perhatikan Surah Al-A’raf: 186: ”Barangsiapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk”.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan orang-orang yang tetap mencari petunjuk maka Allah akan tambahkan kepada mereka petunjuk dan Allah anugerahkan kepada mereka ketakwaan.” (QS. Muhammad [47]: 17)

Asy Syaukani mengatakan, “Artinya Allah pasti akan menambahkan kepada mereka keimanan, dan ilmu serta bashirah dalam beragama. Sehingga maknanya orang-orang yang mencari hidayah dengan meniti jalan kebaikan, beriman kepada Allah, dan mengamalkan perintah-Nya niscaya Allah akan tambahkan keimanan, ilmu dan bashirah dalam beragama kepada mereka”. Maka seorang muslim hendaknya mengenali urgensi mengamalkan ilmu.” (Hushulul Ma’mul, hal. 17)

Suluk


Suluk adalah bukti akhlaq, simbol  dan alamat akhlaq. Jika suluknya baik maka hal itu menunjukkan bahwa akhlaqnya baik dan jika suluknya jelek berarti akhlaqnya adalah jelek. Sebagaimana pohon itu diketahui lewat buahnya, begitupula akhlaq yang baik diketahui melalui tindakan-tindakan dan perilakunya yang baik. (Dr. Mahmud Hamdi zaqauz, Mukaddimah fi ‘Ilmi al-Akhlaq, h. 43).

Ladunni (Min Ladunna 'Ilma)


Ilmu ladunni diambil dari kalimat 'minladunna ilman', ... ilmu yang berasal dari sisi Kami (Allah) tercantum dalam QS. Al Kahfi : 65 "lalu mereka bertemu dengan seorang hamba diantara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami"
yaitu ilmu yang langsung berasal dari Allah berupa ilham atau wahyu. Menurut para mufassir hamba Allah di sini adalah nabi Khaidhir, dan yang dimaksud dengan rahmat ialah wahyu dan kenabian. Sedang yang dimaksud ilmu ialah ilmu tentang yang ghaib seperti yang tercantum dalam kisah nabi Musa dan nabi Khidhir berikut ini:

Tuduhan Yahudi Terhadap Nabi Sulaiman


Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut. Keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui. (QS. Al Baqarah 102)

Mu'jizat Nabiyullah Sulaiman AS


Nabi Sulaiman as, memiliki kekuasaan yang dianugerahkan Allah kepadanya. Beberapa kekuasaan tersebut antara lain.
1.       Menundukkan Awan
Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula)[1235] dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.  (QS. Saba 12)

Selasa, 03 April 2012

Sulaiman AS


Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang beriman."  (QS. An Naml 15).
Dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik- baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya), (QS. As Shad 30).

Pendahuluan


Dalam kondisi carut marut, rusak dan tersebarnya kemaksiyatan yang luar biasa. Pasti ada sekelompok manusia yang masih memiliki kebersihan hati untuk menyelamatkan dari dari gelombang kerusakan tersebut. Sekelompok manusia yang masih diberikan rasa kebaikan di dalam dirinya, dan masih menjaga hatinya dengan baik. Di saat itulah, kemudian hati menjadi sangat berpengaruh di dalam setiap penilaian manusia.

Secarik Pena


Alhamdulillah, itulah kata yang kami ucapkan atas segala karunia Allah ta'ala. Khususnya karunia keimanan dan keistiqomahan. Karena ujian ini sejatinya ujian keimanan sehingga ketika kita tidak hati-hati didalam ujian ini, maka akan tergelincir ke dalam jurang neraka dan kekufuran. Sholawat dan Salam atas baginda Muhammad Salallahu alaihi wa sallam, amir al Mujahidin, imam al muttaqin beserta seluruh sahabat, saudara, dan pengikutnya yang telah gigih memperjuangkan Islam hingga tegak, dan menyebar luaskannya ke seluruh alam semesta.