Ridha berasal dari kata radhiyah yang memiliki arti “rela” dan “menerima dengan suci hati”, menerima semua realita takdir dan ketentuan Allah dengan senang hati, ikhlas, lapang dada, bahagia, tanpa merasa kecewa atau marah..
Sedangkan menurut istilah, ridha berkaitan dengan perkara keimanan yang terbagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Ridha hamba terhadap hukum Allah. ORang yang ridha terhadap hukum Allah akan senantiasa menjalankan perintah Allah dengan ikhlas, selalu bersyukur dan menjauhi segala yang dibenci Allah swt.
2. Ridha Allah terhadap hamba-Nya. Jika Allah swt. meridhai hamba-Nya, Ia akan memberikan tambahan kenikmatan, pahala dan meninggikan derajat hamba-Nya tersebut.
Abu Manshur bin Abdullah Al Faraidhi di Samarkand menceritakan dengan sanad dari Qatadah, bahwa dalam menafsirkan ayat : “Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar tentang (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya dan dia sangat marah.” (QS. AN Nahl :58).
Menurut Qatadah : itu adalah kelakuan orang-orang musyrik Arab. Allah memberitahukan kepada kita tentang kebusukan kelakuan mereka. Sedangkan orang mukmin benar-benar ridho dengan apa yang telah menjadi keputusan Allah. Keputusan Allah itu lebih baik dari pada keputusanmu sendiri yang kamu senangi. Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah dan Ridholah terhadap keputusan-Nya.
Pendapat tersebut sangat bersesuaian dengan ayat Allah Ta’ala yang sudah tidak asing kita dengar : “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahuinya.” (QS. Al Baqarah : 216)
Para ulama ahli fikih menyatakan, bahwa orang yang mencuri 10 dirham itu bukan berarti tangan seseorang itu berharga 10 dirham. Akan tetapi, disini terkandung dua maksud, yaitu : (1) karena melanggar kehormatan sesama kaum muslimin, (2) karena ia tidak ridho dengan apa yang telah diberikan oleh Allah kepadanya dan mengambil harta orang lain. Oleh karena itu, Allah Ta’ala memerintahkan supaya tangannya dipotong sebagai balasan atas apa yang telah ia lakukan agar menjadi pelajaran bagi orang lain, supaya ridho terhadap apa yang diberikan oleh Allah.
Beberapa ciri orang yang ridho terhadap keputusan Allah SWT ((Ghautsun Ni’am, Ridho terhadap Keputusan Allah) :
1) Benar-benar percaya terhadap janji Allah SWT.
2) Tidak mengharap kepada sesama makhluk.
3) Benar-benar tekun di dalam melaksanakan segala urusan.
4) Sayang kepada sesama makhluk.
5) Tabah dan sabar di dalam menghadapai segala ujian.
6) Yakin pada surge, yakni apabila melakuan suatu pekerjaan maka merasa yakin bahwa Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan pahalanya.
7) Patuh dalam hal-hal yang benar.
8) Pedoman hidupnya adalah fakir. Artinya, tidak pernah menumpuk-numpuk harta karena suka memberi dan berbagi dengan orang lain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar