Dalam kondisi
carut marut, rusak dan tersebarnya kemaksiyatan yang luar biasa. Pasti ada
sekelompok manusia yang masih memiliki kebersihan hati untuk menyelamatkan dari
dari gelombang kerusakan tersebut. Sekelompok manusia yang masih diberikan rasa
kebaikan di dalam dirinya, dan masih menjaga hatinya dengan baik. Di saat
itulah, kemudian hati menjadi sangat berpengaruh di dalam setiap penilaian
manusia.
Rasulullah
SAW, umat manusia pun telah mewanti-wanti kepada kita untuk senantiasa menjaga
hati dari hal-hal yang tidak baik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Ketahuilah bahwa sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal
daging, jika itu baik maka akan baik seluruh tubuh manusia, tapi jika itu buruk
maka akan buruk seluruh tubuh manusia, ketahuilah bahwa segumpal daging itu
adalah hati manusia.” (Hadits shahih riwayat al-Bukhari (no. 52) dan Muslim
(no. 1599).
Karena
menjaga hati pada hakikatnya adalah menjaga keimanan. Karena hati manusia
berada di jemari-jemari Allah ta’alaa. Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya
hati Bani Adam semuanya di antara dua jari dari jari jemari Ar-Rahman, seperti
hati satu orang, Dia palingkan kemana Dia kehendaki.” Kemudian Rasulullah n
bersabda: “Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati-hati kami
pada ketaatan kepada-Mu.” (HR. Muslim, no. 2654).
Beliau SAW
juga berdoa, “Ya Allah, Dzat yang Maha membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati
kami di atas agama-Mu.” Kemudian ada yang bertanya tentang doa tersebut. Lalu
beliau bersabda, “Sesungguhnya, tidaklah anak Adam melainkan hatinya berada di
antara dua jari dari jemari-jemari Allah. Siapa saja yang dikehendaki maka
Allah akan luruskan dia, dan siapa yang dikehendaki maka Allah akan simpangkan
dia.” (H.r. Tirmidzi, no. 3517; Syekh Al-Albani mengatakan bahwa sanad hadits
ini shahih).
Kemudian akan senantiasa ada sekelompok
manusia yang tetap setiap berada di atas sunnah. Ketika umat manusia berada di
dalam kerusakan. Hadist Abdillah bin Amr bin Al-Ash Radhiyallahu 'anhu beliau
berkata : Telah bersabda Rasulullah pada suatu hari dan kami bersama
beliau."Artinya : Beruntunglah orang-orang yang asing (Al-Ghuraba) ditanya
Rasulullah siapakah Al-Ghuraba itu ? Beliau menjawab orang-orang shalih
diantara banyaknya orang-orang yang buruk, orang yang menyelisihi mereka lebih
banyak daripada mentaatinya" [Hadits Shahih karena banyak jalan
periwayatannya sebagaimana telah kami jelaskan dalam kitab Thubaa Lilghuraba,]
Ilmu agama ini akan hilang sedikit demi
sedikit, hingga yang tersisa adalah orang yang berbuat maksiat dan bodoh
(berbicara tanpa ilmu). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan merenggutnya dari para manusia,
namun ilmu itu dicabut dengan diwafatkannya para ulama. Sehingga apabila Allah
tidak menyisakan lagi seorang ‘alim, maka manusia akan menjadikan para pembesar
mereka dari kalangan orang-orang bodoh yang ditanya (tentang agama) lantas
orang-orang bodoh itu berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka sesat dan
menyesatkan.” (HR Al-Bukhari: 1: 174-175, Muslim no: 2673, At-Tirmidzi 2652)
Dalam hadits yang lain, beliau bersabda,
“Sesungguhnya di antara tanda-tanda hari kiamat adalah diangkatnya ilmu,
kebodohan semakin merajalela, zina nampak di mana-mana, khamr diminum, kaum
pria menjadi sedikit dan kaum wanita menjadi lebih banyak….” (Shahih dengan
beberapa jalannya, Al-Bukhari juga meriwayatkannya dalam Sahih: kitab “nikah”
dari hadits Hafsh bin Umar dan kitab “ilmu”, demikian pula halnya Muslim dalam
Shahih-nya: 4: 256, dan selain mereka)
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata, “Sungguh
keberadaan agama Islam dan keberlangsungan dunia ini adalah dengan keberadaan
ilmu agama, dengan hilangnya ilmu akan rusaklah dunia dan agama. Maka kokohnya
agama dan dunia hanyalah dengan kekokohan ilmu.” (Miftah Daris Sa’adah karya
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah: 1: 500)
Al-Auza’i berkata bahwa Ibnu Syihab
Az-Zuhri menyatakan, “Berpegang teguh dengan sunnah adalah keselamatan.
Sementara ilmu diangkat dengan cepat. Kekokohan ilmu adalah keteguhan bagi
agama dan dunia. Hilangnya ilmu adalah kehancuran bagi itu semua.” (Riwayat
Ibnul Mubarak dalam Az-Zuhud 817, dan Ibnu ‘Abdil Bar dalam Al-Jami’ 1018)
Semoga Allah menyelamatkan kita dari
kemaksiyatan, dan menetapi kita dalam keimanan hingga akhir hayat kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar